KENDALA-KENDALA
YANG ADA DI PEDESAAN

Tugas ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pembekalan KKN
Oleh
Kelompok IV
Anica :
1321 0035
Nani
Agustina : 1321 0188
Ninik
Chamdani : 1321 0190
Rika
Purnama Sari : 1321 0224
Zamroni : 1321 0314
Dosen Pengampu: Yusuf,
M.Si
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1437 H/ 2016 M
![]() |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Data penduduk Indonesia pada tahun 2005
menunjukkan proporsi penduduk yang bertempat tinggal di perdesaan jika
dibandingkan di perkotaan tidak lagi berbeda jauh, yakni 113,7 juta jiwa di
perdesaan dan 106,2 juta jiwa di perkotaan (BPS, 2005). Namun, perbandingan
tingkat kesejahteraan masyarakat dan tingkat pembangunan wilayah di antara
keduanya menunjukkan kawasan perdesaan masih relatif tertinggal jika
dibandingkan dengan perkotaan. Jumlah penduduk miskin di perdesaan pada tahun
2004 mencapai 24,6 juta jiwa, jauh lebih tinggi daripada di perkotaan, yaitu
11,5 juta jiwa. Sementara itu, jangkauan pelayanan infrastruktur di perdesaan
masih jauh dari memadai. Misalnya, baru sekitar 6,4 persen rumah tangga
perdesaan yang telah dilayani oleh infrastruktur perpipaan air minum, sedangkan
di perkotaan mencapai 32 persen; sementara itu, untuk pelayanan telekomunikasi,
dari total 62.806 desa di Indonesia, sebanyak 43.000 desa masih belum memiliki
fasilitas telekomunikasi.
Data juga menunjukkan masih relatif
rendahnya produktivitas tenaga kerja di perdesaan karena aktivitas ekonomi
perdesaan masih bertumpu pada sektor pertanian (primer). Berdasarkan
Susenas 2003, pangsa tenaga kerja di perdesaan pada sektor pertanian mencapai
67,7 persen. Padahal secara nasional, meski sektor pertanian menampung 46,3
persen dari 90,8 juta penduduk yang bekerja, sumbangannya dalam pembentukan PDB
hanya 15,0 persen. Menguatnya desakan alih fungsi lahan dari pertanian menjadi
nonpertanian, terutama di Pulau Jawa, tidak hanya merusak sistem irigasi yang
sudah terbangun, tetapi juga semakin menurunkan produktivitas tenaga kerja di
perdesaan dengan meningkatnya rumah tangga petani gurem. Jika hal itu
dibiarkan, sangat sulit untuk menurunkan angka kemiskinan di perdesaan dan
mengendalikan migrasi ke kota-kota besar sehingga pada gilirannya akan
membebani dan memperburuk permasalahan di perkotaan. Oleh karena itu, sangat
mendesak untuk dilakukannya diversifikasi usaha ekonomi di perdesaan ke arah
kegiatan nonpertanian (non-farm
activities), baik berupa industri yang mengolah produk pertanian maupun
berupa jasa-jasa penunjang.
Industrialisasi perdesaan yang
berbasis pertanian, tidak hanya berpotensi mengalihkan surplus tenaga kerja di
sektor pertanian primer yang kurang produktif, tetapi juga mempertahankan nilai
tambah yang dihasilkan tetap berada di perdesaan. Namun, untuk mewujudkan
peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan, upaya diversifikasi lapangan
pekerjaan ini secara simultan perlu diiringi dengan peningkatan keberdayaan
masyarakat perdesaan, penyediaan
dukungan prasarana dan sarana sosial ekonomi yang memadai, peningkatan kapasitas pemerintahan dan
kapasitas kelembagaan sosial ekonomi dalam pembangunan perdesaan di tingkat
lokal, dan penguatan keterkaitan kota dan desa serta sektor pertanian dengan
industri dan jasa penunjangnya.
Pembangunan masyarakat desa pada hakekatnya bertujuan
meningkatkan taraf hidup masyarakat secara keseluruhan agar lebih baik, lebih
menyenangkan dan mengenakkan warga masyarakat dari keadaan sebelumnya. Mencapai
kesejahteraan, itulah yang menjadi tujuannya. Pembangunan masyarakat desa dan
tujuannya selalu dikaitkan dengan masalah "kemiskinan", yang dialami
oleh sebagian "masyarakat" dalam kategori "masyarakat
desa", dan lebih khusus lagi "masyarakat" nelayan dan petani
kecil. "Hambatan dalam pelaksanaan "pembangunan masyarakat desa"
di negara-negara Dunia Ketiga, antara lain adalah keadaan penduduk yang sangat
"miskin", kebodohan dan pengalaman-pengalaman mereka yang serba
menyusahkan dan menyedihkan di masa lampau, menyebabkan para petani dan nelayan
pada umumnya dicekam rasa takut, menjadi apatis, berserah diri pada nasib (yang
jelek), tidak ada keberanian untuk mencapai prestasi secara individu, tidak ada
keberanian menanggung resiko untuk merubah nasib mereka yang bagaikan berada di
dalam rawa-rawa yang memerlukan pertolongan dari luar untuk menariknya.
Pembangunan pada prinsipnya adalah suatu proses dan usaha
yang dilakukan oleh suatu masyarakat secara sistematis untuk mencapai situasi
atau kondisi yang lebih baik dari saat ini. Dilaksanakannya proses pembangunan
ini tidak lain karena masyarakat merasa tidak puas dengan keadaan saat ini yang
dirasa kurang ideal. Namun demikian perlu disadari bahwa pembangunan adalah
sebuah proses evolusi, sehingga masyarakat yang perlu melakukan secara bertahap
sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan masalah utama yang sedang dihadapi.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa
saja yang menjadi kendala-kendala yang ada di pedesaan?
BAB II
PEMBAHASAN
Permasalahan Yang Dihadapi di Pedesaaan
Permasalahan yang dihadapi dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan dapat dimasukkan ke dalam
beberapa permasalahan utama sebagai berikut (1) masih kurang berkembangnya
kehidupan masyarakat perdesaan karena terbatasnya akses masyarakat perdesaan,
terutama kaum perempuan, ke sumber daya produktif, seperti lahan, permodalan,
infrastruktur, dan teknologi serta akses terhadap pelayanan publik dan pasar;
(2) masih terbatasnya pelayanan prasarana dan sarana permukiman perdesaan,
seperti air minum, sanitasi, persampahan, dan prasarana lingkungan lain; (3)
masih terbatasnya kapasitas kelembagaan pemerintahan di tingkat lokal dan
kelembagaan sosial ekonomi untuk mendukung peningkatan sumber daya pembangunan
perdesaan; dan (4) masih kurangnya keterkaitan antara kegiatan ekonomi
perkotaan dan perdesaan yang mengakibatkan makin meningkatnya kesenjangan
ekonomi dan kesenjangan pelayanan infrastruktur antarwilayah.
Dalam lingkup sektor pertanian sendiri,
masih terbatas upaya-upaya untuk beralih ke komoditas bernilai ekonomi tinggi,
serta belum dioptimalkannya pertanian lahan kering yang relatif lebih kecil
kebutuhan investasi prasarana pendukungnya.
Dalam lingkup yang lebih besar, belum mantapnya alih peran dan tanggung
jawab dalam sektor-sektor yang terkait dengan pembangunan perdesaan seiring
dengan desentralisasi mengakibatkan pembangunan prasarana perdesaan kurang
mendapatkan perhatian yang memadai. Di sisi lain, terjadinya bencana alam yang
bertubi-tubi, seperti halnya di NAD dan Nias, memiliki kontribusi yang tidak
kecil dalam memperburuk kapasitas infrastruktur perdesaan yang telah dibangun
di banyak wilayah di Indonesia.
Permasalah yang dihadapi dalam pembangunan Desa umumnya
berada pada masalah sturktural dan sosial budaya. Adapun masalah yang dihadapi
dalam upaya pembanguna di Desa yaitu :
A.
Masalah Sosial Budaya
1.
Rendahnya tingkat pendidikan
Sarana pendidikan masyarakat di desa cenderung rendah.
Masyarakat di desa umumnya hanya berpendidikan SD, SMP dan SMA. Hal ini
disebabkan karena masyarakat belum mengetahui seberapa besar pentingnya
pendidikan untuk dirinya. Apabila setelah menyelesaikan pendidikan hingga SMA
atau lebih buruk hanya sampai SD saja orang tua akan menikahkan anak-anaknya
sehingga masa depan pendidikan generasi penerus bangsa menjadi terputus dan hal
ini menyebabkan mereka hanya bergelut pada lingkar kemiskinan karena minimnya
pendidikan. Rendahnya pendidikan ini juga menjadi menjadi akar permasalahan
bahwa kurangnya inisiatif masyarakat dalam menghadapi masalah-masalah dalam
kehidupan mereka. Mereka hanya memikirkan bagaimana caranya agar tetap
mempertahankan hidup tanpa memikirkan bagaimana nasib generasi penerus bangsa
di masa yang akan mendatang. Karena minimnya pendidikan masyarakat hal ini
menyebabkan dari seluruh penduduk desa hampir 95% penduduk bermata pencaharian
sebagai petani. Selain itu masalah rendahnya pendidikan juga menjadikan kendala
dalam penerapan inovasi yang dilakukan oleh penyuluhan.
2.
Minimnya
sarana dan prasarana di pedesaan
Salah satu
penyebab daerah pedesaan masih terisolasi atau tertinggal adalah masih minimnya
prasarana dan sarana transportasi yang membuka akses daerah pedesaan dengan
daerah lainnya. Kondisi prasarana dan sarana transportasi yang minim
berkontribusi terhadap keterbelakangan ekonomi daerah pedesaan. Secara umum,
masyarakat daerah pedesaan menghasilkan jenis produk yang relatif sama,
sehingga transaksi jual beli barang atau produk antar sesama penduduk di suatu
desa relatif kecil. Dalam kondisi prasarana dan sarana transportasi yang minim,
produk yang dihasilkan masyarakat daerah pedesaan sulit untuk diangkut dan
dipasarkan ke daerah lain. Jika dalam kondisi seperti itu, masyarakat daerah
pedesaan menghasilkan produk pertanian dan non pertanian dalam skala besar,
maka produk tersebut tidak dapat diangkut dan dipasarkan ke luar desa dan akan
menumpuk di desa. Penumpukan dalam waktu yang lama akan menimbulkan kerusakan
dan kerugian. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi warga
masyarakat di daerah pedesaan. Sebaliknya, hal tersebut akan mendorong sebagian
warga masyarakat di daerah pedesaan untuk merantau atau berpindah ke daerah
lain terutama daerah perkotaan yang dianggap lebih menawarkan masa depan yang
lebih baik.
3.
Terbatasnya
lapangan pekerjaan di pedesaan
Indonesia sebagai negara agraris sampai saat ini dapat
dilihat dari besarnya jumlah penduduk yang masih mengandalkan penghasilannya
serta menggantungkan harapan hidupnya pada sektor pertanian. Dominasi sektor
pertanian sebagai matapencaharian penduduk dapat terlihat nyata di daerah
pedesaan. Sampai saat ini lapangan kerja yang tersedia di daerah pedesaan masih
didominasi oleh sektor usaha bidang pertanian. Kegiatan usaha ekonomi produktif
di daerah pedesaan masih sangat terbatas ragam dan jumlahnya, yang cenderung
terpaku pada bidang pertanian (agribisnis). Aktivitas usaha dan matapencaharian
utama masyarakat di daerah pedesaan adalah usaha pengelolaan/ pemanfaatan
sumber daya alam yang secara langsung atau tidak langsung ada kaitannya dengan
pertanian. Bukan berarti bahwa lapangan kerja di luar sektor pertanian tidak
ada, akan tetapi masih sangat terbatas. Peluang usaha di sektor non-pertanian
belum mendapat sentuhan yang memadai dan belum berkembang dengan baik. Kondisi
ini mendorong sebagian penduduk di daerah pedesaan untuk mencari usaha lain di
luar desanya, sehingga mendorong mereka untuk berhijrah/migrasi dari daerah
pedesaan menuju daerah lain terutama daerah perkotaan. Daerah perkotaan
dianggap memiliki lebih banyak pilihan dan peluang untuk bekerja dan berusaha.
B.
Masalah ekonomi
Jika di daerah perkotaan geliat perekonomian begitu
fenomenal dan pantastis. Sebaliknya, hal yang berbeda terjadi di daerah
pedesaan, dimana geliat perekonomian berjalan lamban dan hampir tidak menggairahkan.
Roda perekonomian di daerah pedesaan didominasi oleh aktivitas produksi.
Aktivitas produksi yang relatif kurang beragam dan cenderung monoton pada
sektor pertanian (dalam arti luas : perkebunan, perikanan, petanian tanaman
pangan dan hortikultura, peternakan, kehutanan, dan produk turunannya).
Kalaupun ada aktivitas di luar sektor pertanian jumlah dan ragamnya masih
relatif sangat terbatas.
Aktivitas perekonomian yang ditekuni masyarakat di daerah
pedesaan tersebut sangat rentan terhadap terjadinya instabilitas harga. Pada
waktu dan musim tertentu produk (terutama produk pertanian) yang berasal dari
daerah pedesaan dapat mencapai harga yang begitu tinggi dan pantastik.
Meskipun penduduk di daerah pedesaan mayoritas
bermatapencaharian sebagai petani, namun tidak semua petani di daerah pedesaan
memiliki lahan pertanian yang memadai. Banyak diantara mereka memiliki lahan
pertanian kurang dari 0,5 hektar, yang disebut dengan istilah petani gurem.
Lebih ironis lagi, sebagian dari penduduk di daerah pedesaan yang malah tidak
memiliki lahan pertanian garapan sendiri. Mereka berstatus sebagai petani
penyewa, penggarap atau sebagai buruh tani. Petani penyewa adalah para petani
yang tidak memiliki lahan pertanian garapan milik sendiri melainkan menyewa lahan
pertanian milik orang lain. Petani penggarap adalah para petani yang tidak
memiliki lahan pertanian garapan milik sendiri melainkan menggarap lahan
pertanian milik orang lain dengan sistem bagi hasil atau lainnya. Buruh tani
adalah petani yang tidak memiliki lahan pertanian garapan milik sendiri
melainkan bekerja sebagai buruh yang menggarap lahan pertanian milik orang lain
dengan memperoleh upah atas pekerjaannya.
C.
Masalah Geografis
Di Indonesia mempunyai tingkat kesuburan tanah yang berbeda disetiap
wilayah. Tingkat kesuburan tanah juga sangat berpengaruh dalam pembangunan
desa, desa yang mempunyai keadaan tanah yang subur cenderung akan mempengaruhi
hasil tani yang akan dihasilkan. Semakin baik dan banyak hasil tani yang
dihasilkan oleh desa tersebut maka akan sangat mempengaruhi dari pendapatan
masayarakat itu sendiri. Semakin besar pendapatan masyarakat maka pertumbuhan
ekonomi didesa tersebut akan semakin baik.
Letak wilayah desa juga sangat
mempengaruhi dari pembangunan desa itu sendiri. Desa yang yang letak wilayahnya
lebih strategis yang dalam hal ini dekat dengan peradaban kota akan berbeda
dengan desa yang letaknya sulit dijangkau. Desa yang letaknya sulit dijangkau
akan cenderung akan mengalami pembangunan ekonomi yang lambat. Hal ini
disebabkan karena sulitnya akses pemerintah dan dunia luar untuk menjangkaunya.
Jadi letak desa yang strategis juga sangat berpengaruh dalam pembangunan desa
itu sendiri.
Adapun Solusi dalam upaya mengatasi permasalahan pembangunan
desa di antaranya adalah :
a.
Peningkatan kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan dengan memperbaiki sarana pendidikan,
mengadakan penyuluhan pendidikan terhadap masyarakat agar tercipta generasi
penerus yang memiliki pengetahuan sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
b.
Ketersediaan
parasarana dan sarana transportasi yang memadai akan mendukung arus orang dan
barang yang keluar dan masuk ke daerah pedesaan. Untuk mendorong peningkatan
dinamika masyarakat daerah pedesaan akan arus transportasi orang dan barang
keluar dan masuk dari dan ke daerah pedesaan, diperlukan prasarana dan sarana
transportasi yang memadai.karena Salah satu prasarana dan sarana pokok dan
penting untuk membuka isolasi daerah pedesaan dengan daerah lainnya adalah
prasarana transportasi (seperti jalan raya, jembatan, prasarana transportasi
laut, danau, sungai dan udara), dan sarana transportasi (seperti mobil, sepeda
motor, kapal laut, perahu mesin, pesawat udara dan sebagainya).
c.
Peran pemerintah
(pusat dan daerah) dalam pembangunan desa ditempatkan pada posisi yang tepat.
Pemerintah diharapkan berperan dalam memberi motivasi, stimulus, fasilitasi,
pembinaan, pengawasan dan hal-hal yang bersifat bantuan terhadap pembanguan
desa dalam aspek fisik.
d.
Keterlibatan
masyarakat sangat diperlukan dalam pembangunan desa. Karena proses pembangunan
desa bukan hanya sebatas membangun prasarana dan sarana yang diperlukan, tetapi
proses pembangunan desa memerlukan waktu yang panjang, banyak pengorbanan, dan
bertalian dengan banyak pihak dalam masyarakat termasuk masyarakat di daerah
pedesaan. Proses pembangunan desa dimulai dari tahap pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan, dan pemeliharaan. Seyogyanya pada semua tahapan pembangunan desa
ini terjadi keterlibatan partisipasi aktif masyarakat daerah pedesaan.
BAB III
KESIMPULAN
Permasalah yang dihadapi dalam pembangunan Desa umumnya
berada pada masalah sturktural dan sosial budaya. Adapun masalah yang dihadapi
dalam upaya pembanguna di Desa yaitu :
Masalah Sosial Budaya, masalah ekonomi dan masalah geografis. Masalah sosial
budaya terdiri dari Rendahnya tingkat pendidikan, Minimnya sarana dan prasarana di pedesaan
yaitu Prasarana dan sarana transportasi, Prasarana dan sarana pendidikan yang
kurang memadai ,Terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan dan Rendahnya
Kesadaran Petani terhadap adopsi inovasi pertanian.Masalah ekonomi terdiri dari
Keterbelakangan
perekonomian dan Tidak tersedianya permodalan untuk petani dan Harga
pupuk yang lumayan tinggi. Selain itu masalah geografisnya yaitu prediksi
terhadap iklim yang sulit, keadaan tanah dan letak wilayah.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar